Senin, 31 Januari 2011

Aktifnya Belajar Mengajar (tugas 1)

Apakah kita setuju apabila anak-anak seharusnya hanya duduk diam di kursi dan belajar dengan sopan saja, dimana setiap pembelajarannya hanya mentok terfokus diam?

Jika kita dihadapkan pada pertanyaan seperti itu, pastilah sebagian besar kita tidak setuju. Karena jika seorang anak dalam mendapatkan pembelajaran hanya duduk diam tanpa adanya respon yang berarti, akan membuat sistem belajar mengajar di dalam kelas menjadi pasif dan kaku.
Kita yang telah melewati serangkaian belajar formal, pastilah hampir keseluruhannya seperti itu. Hanya duduk diam terus dicekoki pelajaran oleh guru.
Seperti yang dikemukakan oleh John Dewey, bahwa anak-anak akan belajar lebih baik jika mereka aktif. Dengan kata lain, anak-anak tersebut tidak hanya duduk diam.
Memang walaupun kita sependapat bahwa seharusnya tidak seperti itu, anak-anak tersebut tidak hanya pasif, namun dalam praktiknya, akan tetap sama. Pasif dan pasif lagi.
Entah karena anak-anak itu yang memang tidak ingin aktif atau memang guru yang kurang dapat menguasai kelas.
Jadi, peran guru disini haruslah bisa menguasai kelas dan menciptakan kelas yang aktif. Namun, harus juga didukung oleh para anak yang memang ingin belajar secara aktif.

Daftar Pustaka
Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Minggu, 30 Januari 2011

Cara Mengajar yang Efektif (Post 1)


Proses belajar mengajar yang formal telah dilakukan sejak kita duduk di bangku sekolah. Pengajaran dilakukan oleh seorang atau bahkan lebih guru. Dalam mengajar, guru harus memiliki kemampuan unik agar para murid tidak bosan ataupun jenuh cara pengajarannya.

            Dibutuhkan dua hal utama, yaitu pengetahuan dan keahlian professional serta komitmen dan motivasi.

            Dimana pengetahuan dan keahlian professional tersebut dapat berupa ;
  1. Penguasaan Materi Pelajaran
Penguasaan materi ini merupakan guru yang menguasai mata pelajaran (NASSP, 1997). Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi.
  1. Strategi Pengajaran
Terdapat prinsip Konstruktivisme yang menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Guru bukan sekedar memberi informasi, namun juga harus mendorong si anak untuk bereksplorasi.
  1. Penetapan Tujuan dan Perencanaan Instruksional
Guru yang efektif tidak hanya mengajar di kelas. Namun juga harus memiliki banyak rancangan pembelajaran yang bisa menantang sekaligus menarik.
  1. Keahlian Manajemen Kelas
Guru harus mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas.
  1. Keahlian Motivasional
Guru harus punya strategi yang baik dalam memotivasi, karena motivasi baik dalam mendorong anak belajar di dunia nyata dan berkesempatan menemui sesuatu yang menarik dan baru.
  1. Keahlian Komunikasi
Dimana keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid, dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.
  1. Bekerja Secara Efektif dengan Murid dari Latar Belakang Kultural yang Berlainan
Guru tidak boleh membeda-bedakan murid. Baik dari segi kultural, sosial, maupun ekonomi.
  1. Keahlian Teknologi
Guru yang efektif mengembangkan keahlian teknologi dan mengintegrasikan computer ke dalam proses belajar di kelas (Male, 2003)

Komitmen dan motivasi juga dapat berupaaspek guru yang efektif yang mencakup sikap baik dan perhatian kepada murid. Komitmen dan motivasi dapat membantu guru yang efektif untuk melewati masa-masa yang sulit dan melelahkan dalam mengajar.

Semakin seorang guru dihormati dan sukses dimata murid, maka guru tersebut akan merasa semakin bertambah komitmennya.

Berdasarkan beberapa uraian mengenai cara mengajar yang baik, saya ingin berbagi cerita kepada semuanya tentang seorang guru yang saya rasakan betul memiliki inti uraian tersebut.

Adalah di saat saya duduk di Sekolah Dasar. Saya bersekolah di sebuah SD Negeri. Seperti keadaan SD Negeri pada umunya, hanya memiliki sedikit tenaga pengajar juga ruangan kelas. Di cerita ini, saya duduk di kelas 6. Saya mendapatkan seorang guru wali kelas laki-laki. Menurut saya, beliau sangat menjunjung pekerjaannya sebagai seorang guru. Yah, saat-saat kelas 6 merupakan saat terakhir di sekolah tersebut. Saat dimana murid harus bisa tetap mengingat pelajaran-pelajaran pada kelas terdahulu agar dapat melewati ujian akhir.

            Bapak guru tersebut memiliki inti guru efektif. Sebagaimana uraian di atas, seorang guru harus dapat menguasai materi. Sebagaimana seorang guru SD, beliau memang harus mengajar semua mata pelajarn, namun bukan karena itu saja, tapi jika kami bertanya mengenai hal lai yang tidak berkaitan dengan pelajaran, beliau tetap dapat menjawabnya.

            Selain itu, kepercayaan diri murid SD pada saat itu sangat miris. Namun beliau dapat membangkitkan semangat dengan motivasi-motivasinya. Beliau memiliki strategi pembelajaran yang unik. Beliau lebih memilih belajar melalui praktik langsung daripada hanya memberi materi. Beliau juga sangat baik saat berkomunikasi dengan kami. Bahasanya ringan namun penuh arti mendalam. Selain itu, beliau cukup bisa diacungi jempol dalam hal teknologi informasi. Dan beliau tidak pernah membeda-bedakan muridnya. Bahkan ada teman kami yang kurang mampu yang hampir berhenti sekolah, beliau menggalakkan dana dari kami sekelas agar turut membantu. Karena biaya SD Negeri cukup murah, penggalangan itu pun dapat terlaksana dengan baik.

            Berdasarkan pemahaman saya, beliau merupakan guru yang memiliki efektif dalam pembelajaran. Saya bercerita tentang beliau bukan berarti hanya beliau yang memiliki keefektifan pengajaran, banyak guru lain yang juga seperti itu. Namun, beliaulah yang paling membekas pada saya.

Terima Kasih

Daftar Pustaka
Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta