Senin, 25 April 2011

Peran Psikolog sebagai seorang Konselor (Tugas 9)

Apa saja sih tugas-tugas Psikolog sebagai konsultan bimbingan?

Ada beberapa tugas yang dimiliki seorang Psikolog sebagai konsultan bimbingan, yaitu

1. Mendiagnostik anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, berprestasi dibawah kemampuan, memiliki gangguan emosi, dan yang membutuhkan bantuan-bantuan lainnya

2. Melakukan konseling bagi anak-anak yang mengalami kesulitan pribadi dalam kehidupan sekolah

3. Membantu dalam mencari bantuan bagi anak-anak yang tidak mampu yang membutuhkan perlengkapan sekolah dan perlengkapan bantuan lainnya

4. Mengadakan konsultasi dengan guru, kepala sekolah, orang tua dan membantu mereka untuk memahami perkembangan anak yang bermasalah

5. Mengirimkan anak-anak yang memerlukan perlakuan intensif, dan menginterpretasikan hasil diagnostik serta rekomendasi kepada guru dan orang tua

6. Memberikan penataran dan ceramah kepada guru mengenai perkembangan dan perilaku anak normal, dalam pengelolaan kelas, kesehatan mental, pelaksanaan, berbagai tes-tes, maupun bantuan lain yang diperlukan guru unutk menjalankan tugas sebagai pendidik maupun pembimbing

7. Membentuk dan mengembangkan program bimbingan untuk menanggulangi masalah pribadi yang umum

8. Menginterpretasikan program-program tersebut di atas kepada orang tua dan lembaga masyarakat di luar sekolah

9. Melakukan penelitian dan evaluasi efektifitas program bimbingan


Daftar Pustaka
Sukadji, S.(2000).Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah.Depok:Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah

1. Apa sih yang dimaksud dengan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah
Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
Sedangkan Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.

2. Dimana sih perbedaan Psikolog Pendidikan dengan Psikolog Sekolah.
Psikologi Pendidikan merupakan bagian psikologi yang bergerak dibagian pendidikan pada umumnya. Psikologi pendidikan juga mencakup psikologi sekolah di dalamnya. Dimana mengurusi permasalahan pendidikan secara menyelruh
Sedangkan Psikologi Sekolah merupakan psikologi yang lebih bergerak di lingkungan sekolah, dimana berhubungan dekat dengan para murid, kurikulum sekolah, masalah para murid, dan sebagainya.

3. Cakupan masing-masing bidang tugas yang dikerjakan olek Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah.
a. Cakupan Psikologi Pendidikan
• Melakukan assesment dan intervensi individual murid sekolah
• Konsultasi mengenai keberfungsian sistem sekolah
• Melakukan assesment pada anak-anak pra-sekolah di rumahnya, dan di sekolah (play group), untuk memberikan rekomendasi alur sekolahnya
• Rekruitmen dan seleksi staf sekolah
• Melakukan penelitian dan evaluasi di sekolah, misalnya anak-anak yang mengalami autis
• Pelatihan, misalnya memberikan pelatihan ketrampilan konseling, pelatihan untuk guru dalam menghadapi anak yang sulit belajar atau dyslexia, pelatihan keterampilan sosial, stress management, dan adolescent counseling
• Assesment orang dewasa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi
• Memberikan advice pendidikan yang berkaitan dengan penilaian formal di sekolah yang terkait dengan peraturan-peraturan pendidikan
• Konseling terhadap orang tua murid, khususnya mengenai perilaku anaknya
• Assesment terhadap kebutuhan pendidikan khusus dan disable, anak-anak cacat fisik atau neurologis, dukungan serta kebutuhan dalam setting sekolahnya
• Terapi keluarga, terapi individual untuk anak yang mengalami masalah emosional, masalah keluarga

• Dengan demikian, psikolog pendidikan dapat membantu sekolah secara keseluruhan, sehingga sekolah tersebut menjadi lebih efektif dalam mendukung kebutuhan khusus dari murid dalam pendidikan, mengembangkan prosedur perilaku yang efektif, mengembangkan kebijakan lebih efektif dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas sekolah, dan membicarakan tantangan lain yang menjadi minat staf sekolah. Upaya yang dilakukan oleh psikolog pendidikan ini dapat meningkatkan atau mengembangkan kehidupan anak secara positif.

b. Lingkup kerja psikolog sekolah garis besarnya antara lain:
• Membantu dalam proses seleksi, rekrutmen, evaluasi dan pelatihan guru
dan/atau karyawan sekolah
• Membantu merancang dan mengevaluasi penyusunan kurikulum, pemilihan metode
pengajaran atau materi belajar (biasanya lebih kepada efek terhadap perilaku dan
mental siswa). Tapi tugas seperti ini lebih banyak dibutuhkan untuk
sekolah-sekolah yang sudah menyusun kurikulum sendiri.
• Observasi dan evaluasi anak pre, post dan selama proses belajar. Misalnya;
dari hasil evaluasi, psikolog menyusun suatu deskripsi kualitatif mengenai
aspek-aspek kecerdasan, emosi dan perilaku anak, selanjutnya bersama guru dan
kalau bisa orang tua, menyusun suatu rencana belajar-mengajar, yang akan
dievaluasi per jangka waktu yang disepakati tergantung dari kondisi anak.
Semakin berat masalah anak, semakin pendek rentang evaluasinya. Hasil evaluasi
psikolog tidak dimaksudkan untuk memberi label pada anak, tapi sebagai kerangka
acuan apa yang harus dilakukan guru/orang tua dalam mendidik anak.
• Penanganan kasus-kasus anak, kesulitan belajar baik disebabkan gangguan
belajar spesifik, maupun masalah lain (keluarga, emosi, lingkungan sosial,
pubertas, dll), gangguan perilaku, misal nakal, tidak percaya diri, dependen.
• Ceramah atau pelatihan bagi orang tua, misalnya mengenai pola asuh yang baik
dalam keluarga, cara menyampaikan pendidikan seks pada anak.
Tugas-tugas tersebut akan mencapai hasil optimal bila dilakukan bekerja sama
dengan berbagai profesi lain, misal; guru, terapis, dokter dan orang tua.


Daftar Pustaka
http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/5582
http://ibanezs.multiply.com/journal/item/6/ilmu_psikologi
http://www.andragogi.com/document/psikologi_pendidikan.htm

Senin, 18 April 2011

Psikologi Sekolah (Tugas 8)

Bimbingan itu keperluan atau kebutuhan?

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan yang bijaksana dan dalam penyesuaian diri, serta memecahkan masalah kehidupan mereka.

Jika dilihat pada kenyatannya, ada orang yang memang membutuhkan bimbingan sepanjang hidupnya, namun ada pula yang membutuhkan bimbingan hanya disaat kritis saja (keperluan saja).

Ada beberapa fungsi umum dari bimbingan,
1. Sebagai bantuan untuk membuat keputusan yang bijaksana mengenai pilihan
2. Dapat membantu individu memahami dan menerima situasi
3. Menyadarkan orang bahwa mereka memiliki pilihan yang lain
4. Memberi saran terbaik bagi pengambilan suatu keputusan

Tapi, bukan berarti bimbingan itu baik jika menurut keperluan saja, alangkah lebih baik kalau bimbingan itu sendiri dijadikan suatu kebutuhan, sehingga kita bisa lebih bijak menentukan suatu hal.

Karena kebanyakan dari kita membuat suatu keputusan hanya berdasarkan pengalaman ataupun pengaruh oang lain. Namun, kebanyakan pengalaman kita tidak cukup luas untuk bijak dalam menyikapinya, sehingga bimbingan dapat membantu kita lebuh tajam melihat sisi suatu keputusan.

Daftar Pustaka:
Sukadji, S. (2000).Psikologi pendidikan dan Psikologi sekolah.Depok:Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Senin, 11 April 2011

Anak berkebutuhan khusus (Tugas 7)

Benarkah anak laki-laki cenderung mengalami gangguan belajar ketimbang anak perempuan?

Sebelum itu, bagaimanakah seorang anak itu dapat dikategorikan sebagai anak yang memiliki gangguan belajar? Nah, berdasarkan definisinya, anak yang mengalami gangguan belajar itu :
1. Punya kecerdasan normal ataupun di atas normal
2. Kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau biasanya beberapa mata pelajaran
3. Tidak memiliki problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyulitkannya

Menurut U.S. Departement of Education (1996), Benar bahwa anak lelaki lebih besar kemungkinannya mengalami gangguan belajar. Ini dikarenakan perilaku anak lelaki yang cenderung bandel dan mengganggu, juga hiperaktif, sedangkan anak perempuan cenderung diidentikkan dengan anak yang kalem, pendiam, rajin, dan sebagainya.

Biasanya, jenis pelajaran yang menjadi masalah, yaitu pelajaran membaca, bahasa tulis, dan matematika. Itulah sebabnya banyak kita temukan anak lelaki yang tulisannya seperti cakar ayam (tidak rapi), dan sebagainya. Juga banyak anak lelaki yang banyak kesalahan ejaan penulisannya karena tidak mampu menyesuaikan huruf dan bunyinya. Dan untuk pelajaran matematika, yang mungkin menjadi pelajaran yang sangat sulit dan beribet untuk di mengerti, tak sulit bagi kita untuk temukan anak lelaki yang tidak bisa menjawab soal matematika padahal soal yang diberi cukup mudah, sangking tidak sukanya, melihat soalnya saja sudah bingung duluan.

Anak yang mengalami gangguan belajar ini lebih memungkinkan memiliki prestasi yang buruk, drop out, serta memperoleh pekerjaan yang rendahan (Wagner & Blackorby, 1996). Namun, menurut pernyataan pueschel, dkk (1995), banyak jugan anak yang menderita gangguan belajar tumbuh dan menjalani hidup normal dan melakukan pekerjaan yang produktif.

Daftar Pustaka
Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Rabu, 06 April 2011

Tugas Kelompok : Fenomena Pendidikan

Nama kelompok :
Reza Yoga Pratama (101301027)
Amelia Soesanto (101301045)
Cinthya Merdekawaty (101301111)

Apakah penyebaran pendidikan sudah merata sekarang ini??
Truz apakah orang tua berperan aktif dalam pendidikan anak???
Apa sih pengaruh ekonomi dalam dunia pendidikan??
Sangat banyak pertanyaan yang muncul menyangkut masalah pendidikan. Pendidikan dapat di pandang dari segala sisi, bahkan dari segi ekonomi pendidikan mempunyai arti tersendiri. Dari beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, ada beberapa fenomena pendidikan yang dapat diangkat. Beberapa fenomena yang kami angkat adalah:

1. Distribusi Pendidikan : Kualitas Kota berbeda dengan Desa
Hal ini merupakan salah satu fenomena dalam dunia pendidikan. Mengapa ya Desa tidak pernah mengalahkan kualitas pendidikan di Kota??? Mungkin ini adalah hal yang tidak dipertanyakan oleh orang-orang, sebab di mata mereka itu adalah hal yang wajar. Tapi mereka tak pernah mempertanyakan mengapa itu bisa terjadi. Sebenarnya perbedaan kualitas pendidikan itu tampak dari lulusannya. Sangat jarang orang yang lulusan desa dapat mengalahkan orang yang merupakan lulusan dari kota. Kenapa ya hal itu bisa terjadi???
Pembahasan :
Ditinjau dari Psikologi Pendidikan, kita mengangkat mengenai teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian, jelas dikatakan bahwa teknologi jauh lebih pesat perkembangannya di kota dari pada desa. Padahal teknologi adalah hal yang sangat mendukung pendidikan. Hal ini lah yang menyebabkan adanya perbedaan kualitas desa dan kota.
Ditinjau dari pendidikan keluarga, secara umum orang yang memiliki keluarga berdomisili di kota memiliki pengetahuan yang lebih maju dari pada di desa. Jadi keluarga di kota lebih tau mengenai pendidikan daripada di desa. Hal ini juga di pengaruhi oleh lingkungan mereka, dimana desa terkesan masih menggunakan system tradisional, sehingga pemikirannya juga masih terikat pada tradisi.
Ditinjuau dari Teori Bimbingan Belajar, kita memandang bimbingan belajar sebagai pendidikan di luar sekolah. Berdasarkan hasil survey, tempat bimbingan belajar lebih banyak terdapat di kota daripada di desa. Di tambah lagi kualitas tempat bimbingan belajar di kota lebih unggul di sertai dengan program yang selalu up to date.

2. Walaupun ekonomi Terbatas, Masih banyak Juga siswa masuk ke PTS
Hal ini menjadi sebuah fenomena yang unik, karena walaupun ekonomi yang kurang, masih banyak juga orang yang masuk ke dalam PTS.
Pembahasan :
Di tinjau dari Psikologi Pendidikan, mengapa yah al itu bisa terjadi?? Biasanya orang yang masuk PTS dikarenakn tidak lulus pada PTN. Tapi bukannya lebih bagus menunggu kesempatan lain??? Ternyata jawabannya tidak. Dpandang dari sisi Psikologis, hal yang dapat kita angkat adalah Teori Motivasi, atau lebih Spesifik bisa digunakan Achievment-Motivation Theory. Walaupun gagal masuk PTN, tetapi mereka masih memuliki motivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Ternyata walaupun ekonomi terbatas, itu bukan dijadikan sebagai hambatan bagi mahasiswa PTS, melainkan menjadi motivasi bagi mereka untuk mencapai tujuan tertentu.
Di tinjau dari Pendidikan Keluarga, orang tua mana yang tidak pengen anaknya sukses??? Jawabannya pasti tidak ada. Ternyata bagi orang tua pendidikan anak adalah nomor 1. Dari sinilah mucul anggapan bahwa ekonomi bukanlah penghambat seseorang melanjutkan pendidikan walaupun itu di PTS, kareana banyak orang beranggapan walaupun Input ny besar, pasti outputnya akan sebanding.
Di tinjau dari pendidikan Bimbel, ternyata dalam bimbel sudah diajarkan teknik jika tidak tembus di PTN. Di dalamnya mereka memberikan motivasi-motivasi untuk masuk PTS jika tidak lulus PTN. Hal inilah yang menyebabkan kasus di atas marak terjadi.

3. Ekonomi Tinggi : Lebih mudah masuk PTN??
Fenomena tersebut dapat di pandang dari dua sisi, baik positif maupun negative. Di pandang dari sisi positive, dengan ekonomi yang tinggi, maka kualitas pendidikan pastilah tinggi. Tapi jika di pandang dari sisi negative, dengan ekonomi yang tinggi, hokum rimba menjadi di berlakukan.
Pembahasan :
Di tinjau dari Psikologi Pendidikan, kelompok kami tetap berfokus pada teknologi Informasi. Semakin tinggi ekonomi seseorang itu, maka semakin besar juga kemungkinan di bisa meningkatkan kualitas pendidikan, serta meningkat pula kesempatan masuk ke perguruan tinggi. Berbeda dengan yang memiliki ekonomi rendah, untuk mencari makan saja kadang susah, apalagi masuk ke perguruan tinggi.
Di Tinjau dari Pendidikan Keluarga, orang yang berekonomi tinggi biasanya mengupayakan anak mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pula. Tapi keluarga dengan ekonomi rendah biasanya anak di suruh bekerja.
Di tinjau dari pendidikan Bimbel, orang dengan ekonomi tinggi memiliki kesempatan yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pengajaran di luar sekolah, tapi sebaliknya.

Sumber : http://www.biangkeladi.com/ibu-anak/12758-10-fenomena-pendidikan-di-indonesia.html